Assalamu’alaikum
wr.wb
Alhamdulilah
kesempatan kali ini Al bisa membagikan sebuah sajak lagi. Walaupun ini baru merupakan
tulisan ketiga dari Al, tapi Al berharap semoga tulisan ini bisa lebih
memotivasi dan menambah semangat kepada Al-reader semua. Aamiin. Oiya, Al belum
nanya kabar Al-reader nih. Bagaimana kabarnya Al-reader? (Sehat) Al juga sehat
dan baik kabarnya. Bagaimana kabar ibu Al-reader? (Sehat, lho, tumben-tumbenan)
Al do’akan semoga sehat selalu. Aamiin. (Kenapa loe juga nanya tentang ibu gue?)
Pasti ada yang bertanya-tanya dalam hati seperti itu ‘kan. Karena di tulisan
kali ini Al membuat sajak dengan tema ibu.
Ibu adalah seseorang yang paling berjasa dalam hidup dan
seseorang yang paling mencintai kita, bukan? Pasti. Sebelum ke topik
pembahasan, (udah kaya MC aja) Al mau tanya lagi, apakah Al-reader masih ingat
kepada ibu? Apakah Al-reader sudah mendo’akan
ibu yang terbaik? Apakah Al-reader
masih menyayangi ibu? Kenapa Al
bertanya seperti itu? Karena agar semuanya ingat pada kasih sayang ibu semasa kita semua masih kecil (terutama
mengingatkan diri Al sendiri). Al-reader tidak perlu menunggu hingga tanggal 22
Desember untuk mengingat beliau karena setiap hari seharusnya kita bisa
menyampaikan rasa terimakasih kepada ibunda
atas semua jasa yang telah diberikannya selama ini tanpa pamrih. Mengingat
betapa pentingnya seorang ibu terhadap
anaknya maka langsung ke intinya aja, ya, cekidot.
Seperti
yang telah ditulis di atas bahwa ibu
adalah seseorang yang paling berjasa dalam hidup. Pernyataan tersebut tidak
bisa dibantah dengan alasan apa pun (percayalah). Ibu adalah seseorang yang membangkitkan kita disaat kita terjatuh
dan ibu adalah seseorang yang melindungi kita disaat kita merasa terancam.
Dengan penuh perjuangan beliau membesarkan kita penuh keringat tanpa kenal
lelah dan mengeluh. Beliau selalu bekerja keras demi anak-anaknya agar
tersenyum bahagia. Beliau adalah seseorang yang rela melakukan segalanya agar
kebahagiaan anaknya dapat tercapai dengan sempurna. Semua ibu pastinya melakukan hal itu tanpa kecuali.
Selanjutnya Al mau tanya lagi,
nih. Al-reader saat kecil pasti pernah jatuh, kan? Siapa yang pertama menolong?
Pastinya adalah ibunda. Dan saat
bayi Al-reader pasti belum bisa makan sendiri, kan? Siapa yang menyuapi? Pastinya
adalah ibunda juga. Dan siapa yang
menidurkan saat Al-reader masih bayi? Jawabannya tidak lain ialah ibunda. Begitu besarnya jasa beliau
terhadap kita. Walaupun kegiatan-kegiatan tersebut terdengar sederhana, tapi
apa jadinya jika itu tak pernah terjadi sama sekali dalam hidup. Kita pastinya
akan merasa kesepian dan merasa tidak diperhatikan. Kita akan merasa bahwa
tidak ada orang yang menyayangi kita di dunia. Dan kita akan merasa bahwa
kehidupan tidak adil saat melihat anak lainnya disayang oleh ibu mereka, sedangkan kita tidak.
Itulah sebabnya mengapa kegiatan-kegiatan sederhana yang dilakukan oleh ibu pasti akan sangat berdampak pada
anaknya.
Paragraf
di atas secara khusus Al tulis tentang besarnya jasa seorang ibu terhadap anaknya. Tulisan di atas
baru sebagian kecil loh, masih sangat banyak jasa beliau terhadap kita yang
tidak mungkin Al tulis satu per satu (bisa-bisa tangan Al langsung gempor dah).
Dengan kata lain sudut pandang yang digunakan di paragraf sebelumnya adalah
dari kita sendiri sebagai anak. Tapi Al-reader perlu tahu bahwa untuk melihat
secara detil dan menyeluruh segala sesuatu perlu dilihat dari berbagai macam
sudut pandang. Dan sudut pandang yang paling baik yakni sudut pandang agama (pasti nggak ada yang bantah, kan).
Di
dalam agama tidak bisa dipungkiri lagi bahwa derajat ibu sangat ditinggikan. Karena beliaulah yang melahirkan kita
dengan taruhan nyawanya (tidak ada yang berani kecuali ibu). Bahkan Allah
menulisnya di dalam Al-Qur’an tentang tingginya derajat ibu. Salah satunya yaitu Surah Al Isra (17):23. Dalam ayat tersebut
disebutkan bahwa berbuat baik terhadap orang tua terutama sang ibu adalah sebuah keharusan. Bagaimana Al
mengambil kesimpulan seperti itu? Selain karena alasan di atas, sebab pada ayat
yang sama kita diperintahkan agar menyembah Allah, sederhana bukan. (Apa
hubungannya?) Coba Al jelaskan singkat, ya. Perintah menyembah Allah tersebut
tertulis pada bagian pertama dari ayat dan di bagian keduanya kita langsung diperintahkan
untuk berbakti kepada orang tua. Ini membuktikan bahwa perintah untuk menyembah
Allah hampir sama tingginya dengan perintah untuk selalu berbuat baik dan
berbakti kepada orang tua terutama ibu.
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa derajat beliau di mata agama sangat dihormati
(Subhanallah, betapa tingginya seorang ibu).
Selanjutnya,
masih di dalam ayat yang sama, kita juga diperintahkan menjaga beliau ketika
sudah tua. Selama kita masih sanggup untuk merawat beliau jangan sekali-kali kita
mentipkannya dimanapun, karena jika kita masih sanggup merawatnya tetapi kita
malah menelantarkan dengan cara menitipkannya, itu bisa dikatakan sebagai
perbuatan durhaka kepada orang tua.
Dan durhaka adalah salah satu dosa
besar yang akan mengantarkan pelakunya ke depan pintu neraka (jangan sampai
kejadian, amit-amit). Merawat beliau juga merupakan wujud nyata kita
menyampaikan terimakasih. Terimakasih atas sangat banyak hal yang membuat kita
bisa menjadi manusia seperti sekarang, yang membuat kita bisa menjadi orang
yang sukses, yang membuat kita bisa bermanfaat bagi sesama, dan yang membuat
kita menjadi seseorang yang berada. Semua itu tidak akan tercapai dan terwujud
tanpa do’a dan bantuan dari ibunda.
Kita tidak perlu meyiapkan uang melimpah atau pun rumah mewah untuk beliau,
cukup dengan kesetiaan dan keikhlasan kita merawatnya pasti akan membuat beliau
tersenyum bahagia. Jadi, rawatlah beliau tanpa kenal lelah layaknya beliau
merawat saat kita masih kecil. Do’akanlah beliau dengan penuh pengharapan
layaknya beliau mendo’kan kita dengan tangisannya. Dan itulah yang terpenting yang
bisa kita lakukan saat ini yakni merawat ibunda
dan mendo’akan yang terbaik baginya.
Akhirnya,
kesimpulan yang bisa diambil yaitu bahwa ibu
adalah seseorang yang paling berjasa dan paling penyayang untuk anaknya.
Terlepas dari kesalahan yang mungkin dilakukannya (karena setiap manusia pasti
bersalah), ibu tetaplah makhluk
termulia ciptaan Tuhan. Setiap
do’anya adalah barisan do’a yang paling dekat dengan-Nya. Titahnya adalah representasi
perintah dari sang Illahi. Maka perlakukanlah ibunda dengan penuh rasa kasih sayang dan jangan sampai membantah
atau pun membentaknya (perilaku durhaka).
Daripada
terlalu lama, di bawah ini adalah sajak yang telah Al janjikan sebelumnya.
Semoga setelah membaca sajak ini Al-reader bisa lebih termotivasi untuk membuat
sang ibu lebih bahagia. Happy reading for your mom. Semoga bermanfaat. Terimaksih.
Sebatang Cokelat untuk Bunda
Fahd Al
Fauzi
Di teras depan rumah kau duduk pandangkan
wajah
Melihat sibuknya kota di batas
senja
Hanya berteman secangkir teh di
atas meja
Lewati masa yang kian habis pada
ujungnya
Ketika kudatang beriring rindu
dalam sanubari
Redup bibirmu sunggingkan sebuah
senyum
Dengan ribuan makna yang
terlontar jauh ke samudera
Perlihatkan sayup mata berbinar dalam
gulita
Kau siratkan kisah yang tak
pernah tertulis buku, namun hanya pada engkau
Terlukis jelas gurat-gurat
perjuangan hidup
Tinggalkan sebuah goresan dalam,
dalam hati ini
Wahai bunda, izikanlah anakmu tuk
maniskan senyummu
Memberimu sebatang cokelat terbaik
Agar manis abadi yang terasa
selalu
Tuk hilangkan pahit yang terkecap
dalam jiwa
Sebagai wujud sujudku yang luruh
padamu
Banyumas,
17 Juli 2016
Sumber gambar :
No comments:
Post a Comment